Ga normal !!!
Paling ga itulah statement yang sering dilontarkan
teman-teman kepada nya. Cerita salah seorang teman yang selalu berusaha menjaga
kesucian hati dari yang belum halal baginya. Sering di bully ga laku-laku,
dibilang sok jual mahal, sampai kutukan "smoga jadi perawan tua"
pun pernah diterimanya. Tetapi smua dijalaninya dengan keikhlasan hati, dan
berharap waktu yang indah itu akan datang disaat yang tepat.
Heran bin aneh, apa sebegitu ceteknya fikiran
orang-orang di zaman modern ini. Status single menjadi bual-bualan dan
menganggap pacaran, TTM, selingkuh dan berbagai istilah lainnya sebagai hal
yang lumrah. Bagi yang mengaku muslim tidak kah ingat dengan firman Nya:
Wala taqrabu al-zina’
(Janganlah kalian mendekati zina) (QS al-Isra’/17:32)
Tidak bisa dipungkiri lingkungan sekitar kita,
adik, kakak, maupun saudara-saudara bahkan teman-teman kita telah menganggap
pacaran adalah hal yang biasa. Tak punya pacar dianggap kuper, ga normal, dan
berbagai penilaian lainnya untuk anak muda yang berstatus single.
Tidakkah kita pernah bertanya, sedikit tidaknya
merasa simpati dengan mereka yang tetap istiqamah menjaga diri dan hati mereka
?
Tidakkah kita pernah peduli terhadap alasan-alasan
mereka yang masih setia dengan predikat single yang mereka sandang ?
Bisa jadi masih ada impian-impian yang ingin mereka
raih dengan status singlenya, bisa jadi ada alasan-alasan tertentu yang menjadi
pertimbangan mereka untuk belum mengakhiri masa lajang diusia yang sudah
matang, bisa jadi mereka blum menemukan seseorang yang pas menurut
penilaiannya.
Sungguh, perihal mencari dan menemukan pasangan
hidup bukanlah perkara mudah karena semua adalah rahasiaNya. Jadi tak adilnya
rasanya, bila mereka-mereka yang masih berstatus single atau lajang harus
menerima penilaian-penilaian negatif dari lingkunganya, harus menerima
tekanan-tekanan dari teman-teman maupun kerabat dengan berbagai macam
pertanyaan,
“Idiiihhh jomblo...amit-amit dech”,
“Loe kapan merriednya, kok undangannya ga
nyampe-nyampe?”,
“Eh...SiAnu dah mo punya anak dua lho, masak loe
kalah sich!”.
Terkadang pernikahan diibaratkan seperti sebuah
perlombaan, berpacu menikah, berpacu mempunyai momongan dan sebagainya dan
sebagainya. Apa memang begitu hakikat sebuah pernikahan? Tidakkan?
Mungkin kita harus mulai belajar untuk memahami
tentang hal ini, paling tidak mengerti bahwa mereka yang masih berstatus lajang
diusia yang sudah matang bukanlah sebuah aib. Lebih mulia mana Pacaran ato
Single??????
Jika kita tidak bisa memberikan solusi, setidaknya
berhentilah memberi tekanan-tekanan kepada mereka, karena mungkin jauh dilubuk
hati terdalamnya merekapun tidak menginginkan hal ini.
Wallahu a’lam.